Saat di sekolah khususnya di jenjang Sekolah Menengah
Pertama (SMP), tentu kita akan mempelajari bab tentang legenda.
Secara istilah, legenda adalah salah satu cerita rakyat yang
mengisahkan asal-usul sebuah tempat ataupun benda dan biasanya disebarkan
secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Wilayah Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Marauke membuat negara
tercinta kita ini kaya akan segala hal, termasuk legendanya.
Ada legenda fenomenal Malin Kundang tentang anak yang durhaka kepada orang tuanya dari Sumatra Barat, legenda Danau Toba, legenda Batu Gantung dari Sumatra Utara, legenda Jaka Tarub, dan legenda-legenda lainnya. Walaupun belum terjamin akan fakta atau kenyatannya. Mayoritas masyarakat Indonesia sangat meyakini legenda-legenda tersebut.
Namun seiring berjalanannya waktu dan perkembangan zaman. Eksistensi legenda
saat ini semakin tersingkir dengan menjamurnya cerita kehidupan yang terdapat
di novel-novel atau karya lain. Terlebih lagi para remaja masa kini lebih
menyukai cerita-cerita romansa cinta daripada legenda. Apakah kalian salah
satunya?
Sumpeng atine (sedih), itulah salah satu tembung entar yang menggambarkan perasaan saya beberapa tahun lalu. Saat dimana saya belum mengetahui bagaimana asal usul daerah yang sudah bertahun-tahun saya tinggali. Dan pada kesempatan pertama ini, saya akan menuliskan tentang asal usul desa saya sendiri. Yakni Desa Montongsari. Salah satu desa yang berada di Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Sumpeng atine (sedih), itulah salah satu tembung entar yang menggambarkan perasaan saya beberapa tahun lalu. Saat dimana saya belum mengetahui bagaimana asal usul daerah yang sudah bertahun-tahun saya tinggali. Dan pada kesempatan pertama ini, saya akan menuliskan tentang asal usul desa saya sendiri. Yakni Desa Montongsari. Salah satu desa yang berada di Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Btw, cerita ini adalah hasil wawancara saya dengan mbah Sarnan, selaku sesepuh Desa
Montongsari yang saya laksanakan kurang lebih enam tahun lalu untuk memenuhi
penilaian tugas bahasa Jawa di kelas VIII SMP. Dari pada mendekam di file
penyimpanan. Rasanya akan lebih arif jika saya share sebagai
penambah wawasan. Semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian, khususnya untuk
penduduk desa Montongsari dan sekitrnya, serta bisa membantu adik-adik
sekalian apabila mendapat penugasan dari sekolah yang sama seperti saya.
Selamat membaca ^0^
Asal Usul Desa Montongsari
Asal Usul Desa Montongsari |
Pada zaman dahulu desa Montongsari masih berupa hutan.
Hingga datanglah Yai Blojo Musti dan Nyai Blojo Musti dari daerah Kedu. Mereka
berdua bahu-membahu menebang pepohonan yang ada di hutan tersebut untuk di
jadikan rumah.
Saat Yai Blojo Musti menebangi hutan, ia membawa bekal
berupa nasi liwet bersama daging kambing. Oleh karena itu, kawasan yang
ditebangi oleh Yai Blojo Musti dinamakan Montong Kemadu. Namun seiring
berjalanan waktu kawasan tersebut lebih dikenal dengan nama Montong Kilen
(barat) karena arahnya berada di barat. Di setiap tahunnya saat bulan Sura di
daerah Montong Kemadu tersebut para penduduk mengadakan acara menyembelih
kambing dalam rangka menghormati jasa Yai Blojo Musti.
Sepeninggal Yai Blojo Musti. Datanglah dua pasang saudara
yang bernama Yai Rangu bersama Nyai Rangu dan Yai Sidah bersama Nyai Sidah.
Mereka berdua menemukan hutan yang berada di sebelah timur desa Montong Kemadu.
Hutan tersebut dipisahkan oleh sebuah aliran sungai. Yai Rangu bertugas untuk
menebang hutan di daerah barat sungai. Sedangkan Yai Sidah menebang hutan yang
ada di timur sungai.
Saat menebang hutan tersebut mereka membawa bekal berupa
nasi liwet, tutus emas (berupa telur dadar), ikan asin, pepes , tela bakar dan
juga kopi. Hutan yang ditebangi oleh Yai Rangu tersebut dinamakan Montong
Tambak. Sedangkan daerah yang ditebangi oleh Yai Sidah lebih banyak di Tanami
oleh berbagai macam tanaman dan juga dijadikan area persawahan karena memiliki
tanah yang subur.
Setelah meninggal, kedua pasangan tersebut dimakamkan di
daerah sebelah sungai. Dan setiap musim panen tiba, para penduduk mengadakan
acara nyadran (slamatan) untuk menghormati jasa Yai Rangu dan Yai Sidah atas
hasil bumi yang di dapat oleh penduduk desa.
Asal Usul Desa Montongsari
(dalam Bahasa Jawa)
Sakwijining jaman rumiyin dusun Montong punika arupa wono.
Lan sakwijining dinten wonten Yai Blojo Musti kaliyan Nyai Blojo Musti sangking
tlatah Kedu, linggah wonten wono. Piyambake mbabak taneman wonten wono kagem
ndamel griya.
Sak jroning Yai Blojo Musti mbabak alas mbeta sekul kelucu
kaliyan iwak mendha. Mula tlatah ingkang ditutui kaliyan Yai Blojo Musti punika
di pun arani Montong Kemadu lan sak niki diarani Montong Kilen amargi arahe
wonten kilen. Saben tahun wayah sasi Sura wonten Montong Kemadu punika
ngawontenaken acara nyembelih mendha kegem pangeringeti jasanipun Yai Blojo
Musti , kalih panjenenganipun Yai lan Nyai Blojo Musti dipunsareaken wonten
sarean Montong Kilen.
Sakbanjure sedane Yai Blojo Musti wonten kalih pasang
sedulur inggih punika Yai Rangu kaliayan Nyai Rangu lan Yai Sidah kaliyan Nyai
Sidah , pinyambakipun nemungake wono wonten wetanipun tlatah desa Montong
Kemadu. Yai Rangu mbabak wono wonten sak kilene kali. Bileh Yai Sidah mbabak
wono wonten wetane kali. Sak jroning mbabak wono sak kilene kali Yai Rangu
mbeta sekul liwet, tutus emas (arupa tigan dadar), gereh pethek, pepesan menir,
tela bakar kaliyan unjukan kopi. Wono ingkang di pun tegori Yai Rangu niku di
pun arani Montong Tambak kaliyan tlatah ingkang di tegori denen Yai Sidah
punika di pun tanemi taneman lan didaekake saben amargi sitinipun sae.
Kekalihipun pasangan punika di sareaken wonten kilene kali.
Saben wayah labuh di wontenake nyadran utawi slametan kagem ngurmati jasa nipun
Yai Rangu kaliyan Yai Sidah kagem hasil siti nipun tiang Montong Tambak.
***
Cerita Asal Usul Desa Montongsari tersebut mengingatkan saya kepada
pepatah bung Karno,
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya"
pepatah tersebut telah ditunjukan oleh penduduk Montongsari. Mungkin
juga oleh penduduk daerah lainnya. Sayang sekali bukan jika anak cucu kita
nanti bertanya kepada kita tentang asal usul daerah yang mereka tinggali,
tetapi kita sebagai orang tua justru diam membantu karena tidak tau?
Oleh karena itu, saya berharap tulisan ini dapat meningkatkan kesadaran bagi para
pembaca akan pentingnya melestarikan budaya Indonesia. Walaupun berperan kecil
dengan mempelajari satu kisah legenda sekalipun. Jangan sampai diri kita
terlena akan kemajuan teknologi yang ada hingga menyebabkan kebudayaan kita
sirna atau bahkan diakui oleh negara tetangga ya.
Sekian yang dapat saya tuliskan pada kesempatan kali ini. Maaf apabila ada
kesalahan dalam pemilihan kata atau gaya bahasa yang ada dalam tulisan.
Terimakasih telah membaca sampai jumpa di postingan selanjutnya ^.^
2 Komentar
banyak cerita legenda tenatng asal usul daerah, gunung, danau dsbnya
BalasHapusIya mbak, bener banget.
HapusThank you for your time to come by and leave comment! Follow me on Instagram @andayanirhani, let me know you found me from my blog, and I'll follow you back :)
-Xoxo